Jumat, 06 April 2012

Seluk Beluk Pulau Lombok ( Masyarakat Sasak )

KESENIAN TRADISIONAL LOMBOK

Kesenian masyarakat di Gumi Sasak dilakukan untuk memberikan rasa keindahan yang diciptakan oleh anggota masyarakat yang hasilnya milik bersama. Adanya suatu bentuk kesenian merupakan wujud bahwa masyarakat suku Sasak memiliki nilai rasa tentang keindahan yang dituangkan dalam berbagai bentuk seperti dalam pembuatan rumah, dalam kegiatan sehari-hari. •

  1. RUMAH TRADISIONAL

Orang Lombok mengenal beberapa jenis bengunan tradisional yang dijadikan sebagi tempat tinggal sekaligus tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan adat maupun spiritual keagamaan balk untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan masyarakat. Adapun jenis jenis bangunan tradisional itu seperti bale jajar, bale beleq, bele kodong dan gunung rata. Dari sekian jenis bangunan tempat tinggal tersebut bale jajar-lah yang banyak dipergunakan baik di kota maupun di desa terutama di pedusunan-pedusunan.
Bale jajar, biasanya bertiang delapan atau dua betas dengan bubungan sepanjang dua meter pada bagian atas yang disebut semoko (bantek), bungus (kuranji). Rumah ini hanya mempunyai satu pintu di bagian depan dan aslinya jarang ada yang berjendela serta terbagi atas tiga buah ruangan. Tiang rumah mi terbuat dari bahan kayu jot, kelapa, nangka, kelapa, dan lain-lain yang dianggap kuat dan bisa bertahan lama yang berfungsi sebagai penopang atau menggambarkan kekuatan. Sedangkan atap terbuat dari ilalang yang diambil di padang rumput yang biasanya terdapat di lereng bukit-bukit di Lombok Timur.
Atap dari ilalang disebut atap re, sedangkan atap yang terbuat dari daun kelapa disebut atap bobok. Tetapi saat ini, karena perkembangan zaman, masyarakat banyak beralih ke atap genting, seng maupun asbes. Dinding rumah adat Lombok Timur pada umumnya dibuat sendiri oleh pemilik rumah dari bahan bambu. Untuk penguat (tali) dan paku terbuat dari bambu tali. Tinggi biasanya dua meter dengan anak tangga lima susun yang terbuat dari tanah.
Di bagian dalam rumah ada ruangan yang disebut sesangkoq yang berfungsi sebagai tempat penerima tamu dan persemayaman jenazah keluarga sebelum dimandikan. Masyarakat Lombok sebelum mendirikan tempat tinggal atau bangunan, mencari hari, tanggal dan bulan tertentu yang dianggap baik. Perhitungan bulan yang dipakai sebagai pedoman adalah bulan atas (Hijriyah). Menentukan hari dan bulan baik ini dimaksudkan sebagai penangkal sial.

  1. PAKAIAN DAERAH

Pakaian adat/khas Lombok Timur sama dengan pakaian adat yang dipergunakan masyarakat Sasak lainnya di pulau Lombok. Secara umum pakaian itu dibedakan menjadi dua macam yaitu pakaian yang dikenakan oleh kaum pria dan wanita. Pakaian adat pria berupa tutup kepala dengan motif-motif tertentu yang dikenal dengan nama sapuq. Sedangkan pakaiannya berupa lengan panjang, celana panjang yang dilapisi di bagiam luar dengan memakai sarung kain sebatas dengkul, kain tersebut biasanya mempergunakan kain tenun asli Lombok Timur. Adapun yang dijadikan asesorisnya adalah sebilah keris nenek moyang yang diselipkan di punggung. Pakaian adat biasanya dipergunakan pada acara-acara adat penobatan.

  1. MUSIK DAERAH
Jenis alat-alat musik tradisional Lombok antara lain:
  1. Genggong
Alat musik ini termasuk dalam jenis alat musik tiup yang terbuat dari pelepah daun enau. Secara etimologis kata genggong berasal dari kata "geng" (suara tinggi) disebut genggong lanang, dan "gong"(suara Rendah) disebut wadon, sehingga musik gengong selalu dimainkan secara berpasangan. Musik genggong orkestra dapat dimainkan dengan alat musik yang lain secara bersamaan seperti petuq, seruling, rincik dan lain-lain.
  1. Mandolin dan Gambus
Mandolin merupakan sebuah alat musik petik tradisional yang mempunyai senar dan dimainkan seperti biola. Sering dipakai untuk mengiringi tari rudat dan lagu-lagu tradisional. Alat musik ini dapat dipadukan dengan alat musik lainnya untuk mengiringi lagu tradisional. sedangkan Gambus juga alat musik petik dengan menggunakan dawai sebagai sumber suara (bunyi) yang digunakan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional. Dapat dimainkan secara bersama-sama atau tersendiri.

  1. Rebana Burdah
Sebuah bentuk alat musik akulturasi kebudayaan bangsa Arab dengan etnis Sasak. Rebana Burdah dipadukan dengan syair-syair pujian terhadap Allah SWT dan riwayat nabi Muhammad SAW yang dipetik dari kitab karya sastra Arab "aL-Barzanzi".

  1. Barong Tengkok
Merupakan salah satu jenis okestra Lombok, terdiri dari kerenceng enam pasang, satu buah gendang dan sebuah petuk. Barong lanang/wadon yang berfungsi sebagai tempat reong sebuah gong, dan tiga buah seruling sebagai pembawa melodi. Disebut barong tengkok karena salah satu alatnya (reong) diletakkan pada bentuk barong yang dibawa dengan tengkokkan.


  1. Alat Musik Gula Gending.
Sejenis alat musik pukul khas Lombok Timur, cara membunyikannya dengan tangan. disebut gula gending karena alat ini dipakai untuk mejajakan sejenis makanan yang terbuat dari gula putih. Untuk menarik pembeli, tempat gula (tangkok) dipukul berirama sebagai musik. Dulu alat ini terdiri dari tengkok dan rincik dan dalam perkembangannya ditambah dengan mandolin, gendang dan seruling.

  1. Rebana Gending
Rebana merupakan sebuah bentuk alat musik okestra yang merupakan hasil pengembangan kreasi seni dari rebana lima oktaf oleh Amaq Sarah pada tahun 1956.

  1. Gendang Beleq.
Disebut gendang beleq karena salah satu alat musiknya adalah gendang beleq (gendang besar). Okestra ini terdiri atas 2 buah yaitu:
  1. Gendang mama (laki-laki).
  2. Gendang nine (perempuan)

Keduanya berfungsi sebagai pembawa dinamika. Kemudian peralatan yang lainnya adalah (1) sebuah gendang kodeq (gendang kecil), (2) dua buah reong yang terdiri dari reong mama dan reong nina berfungsi sebagai pembawa melodi, (3) sebuah perebak beleq yang berfungsi sebagai alat ritmis, (4) delapan buah perebak kodeq, disebut juga "copek", berfungsi sebagai alat ritmis, (5) sebuah petuk sebagai alat ritmis, (6) sebuah gong besar sebagai alat ritmis, (7) sebuah gong penyentak sebagai alat ritmis, (8) sebuah gong oncer sebagai alat ritmis, dan (9) dua buah bendera merah atau kuning yang disebut lelontek.
Gendang beleq ini dulu dimainkan kalau ada pesta-pesta kerajaan, sedangkan kalau perang berfungsi sebagai komandan perang, sedangkan copek jadi prajuritnya. Kalau perlu datu (raja) ikut berperang, di sini patung agung akan digunakan. Sekarang fungsi payung ini ditiru dalam upacara perkawinan. Gendang beleq dapat dimainkan dengan berjalan atau duduk. Komposisi berjalan mempunyai aturan tertentu, berbeda dengan duduk yang tidak mempunyai aturan. Pada waktu dimainkan pembawa gendang beleq akan memainkannya sambil menari, demikian juga pembawa petuk, copek dan lelontek.

  1. Cilokaq.
Musik ini terdiri dari berinacam-macam alat yakni:
  1. Alat petik, gambus ada dua buah masing-masing berfungsi sebagai melodi dan akord.
  2. Alat gesek, biola ada dua buah berfungsi sebagai pembawa melodi. Gambus terbuat dari kayu gerupuk dan kulit' kambing sebagai resonatornya. Bentuknya menyerupai gitar, hanya pada bagian pertunya tidak berpinggang. Senarnya terdiri dari empat nada, masing-masing satu senar.
  3. Alat tiup, suling dan pereret yang berfungsi sebagai pembawa melodi.
  4. Alat pukul, gendang ada tiga buah, masing-masing berfungsi sebagai pembawa irama, pembawa dinamika dan tempo, juga sebagai gong. Rerincik digunakan sebagai alat ritmis.

Fungsi okestra ini adalah sebagai hiburan pada acara perkawinan, khitanan atau hari-hari besar nasional dan daerah. Orkestra ini datang ke tempat pesta dengan ditanggap (diupah). Selain itu dapat juga berfungsi sebagai pemberi semangat dalam gotong royong. Dengan gambus ini orang membawakan lagu-lagu untuk pengisi waktu senggang dan pelepas lelah. Berangsur-angsur gambus ditambahkan dan dikombinasikan dengan alat-alat lain sebagai pelengkap irama, melodi dan ritmis la,gu-lagu yang dibawakan.
Pada tahun 1948 di sebuah desa yang bernama Lengkoq Kali, kecamatan Sakra, cilokak dipagelarkan sebagi musik okestra. Pagelaran tersebut dipimpin oleh Mami' Srinatih (alm), dan selanjutnya dianggap sebagai pecinta musik cilokaq. Nama cilokaq diambil dari salah satu nama atau judul lagu yang digemari pada saat itu. Namun pendapat yang mengatakan cilokaq berasal dari kata seloka, lebih mendekati kenyataan, karena syair-syair yang dinamakan merupakan seloka.
Cilokaq yang ada di Sakra sekarang ini merupakan kelanjutan dari cilokaq yang lahir di desa Lengkoq.Kali 30 tahun yang lalu. Pada tahun 1968 cilokaq lebih dikenal setelah mendapat bimbingan dari seorang pemusik keroncong bernama Lalu Sinarep. la berusaha memasukkan teknik musik keroncong dan lagu-lagu lain ke dalam cilokaq. Sekarang musik cilokaq sudah direkam dan diperjualbelikan di pulau Lombok dan di daerah lain. Lagu-lagu yang dimainkan oleh cilokaq ini umumnya disebut kayak.
Kayak merupakan kesenian yang sangat populer di kalangan masyarakat pedesaan di pulau Lombok. Biasanya orang-orang pedesaan melagukan sambil menanam atau memotong padi di sawah. Kayak saat memotong padi disebut kayaq mataq. Kayak mataq merupakan kayak gubahan baru yang terdiri atas empat baris. Dalam membawakannya dapat berisi nasehat-nasehat, percintaan atau ekspresi jiwa lainnya. Pada masing-masing desa, kayaq memiliki ciri tersendiri, namun bagi yang sudah biasa mendengarnya dapat membedakannya. Nama kayak ada yang diberikan menurut tempat lahirnya, misalkan kayak Padamara adalah kayak dari desa Pademara, Lombok Timur.
Kayaq yang susunan nadanya non-diatonis, antara lain: Kayak Mataq, Kayak Jor, Kayak Nyati, Kayak Pekosong, Kayak Bayemara, Kayak Padamara, Kayak Mare, Kayak Sakra, Kayak Turun Tangis, Pemban Selaparang, Sandaran, Ngesek Kumambang Pitue, Begur Gati-Gati, Pengeli-Eling, Do Gendang, Jeruk Manis, Gelung Perade, Musim Ujan. Lagu yang memakai nada diatonis: Genjak, Gending Lampak, Setembe, Amaq Teme, Sembarang Kelor, Lagu Daeng, Lagu Tanjung Luar, Lagu Anton-Anton.

  1. TARIAN DAERAH

  1. Tarian Gagak Mandiq
Sebuah tari kreasi baru yang sudah dipengaruhi unsur Bali, baik gerakan maupun instrumennya. Ide menciptakan tarian ini karena seringnya pencipta menyaksikan burung gagak sedang mandi. Tari ini berasal dari desa Lenek kecamatan Aikmel, Lombok Timur. Diciptakan sekitar tahun 1956 oleh Amaq Raya (50 tahun), seorang petani dari desa Lenek, kecamatan Aikmel Lombok Timur. Tari ini mengungkapkan bagaimana seekor burung gagak yang sedang mandi, mula-mula terbang lalu turun ke tanah dan mandi. Terbang lagi dan turun lagi.
Tari ini merupakan tari tunggal. Nama-nama gerak yang digunakan adalah (1) Ngatang, (berenang) sebagai pembuka tangan direntangkan di depan badan kemudian digerakkan ke samping kiri dan kanan, (2) Nyereksek, menggeser kaki tanpa mengangkatnya dari tanah, (3) Ngunga, gerakkan mandi yang dilakukan sambil duduk, (4) Njontak, gerakkan meloncat, (5) Nyisik, gerakkan menggaruk° badan, (6) Bekerap, mengibaskan sayap untuk menjatuhkan air yang melekat dari badan, (7) Nyebar, gerakan terbang.
Penarinya dapat seorang laki-laki atau seorang perempuan yang diiringi gending gagak mandiq dengan irama 2/4. tari gagak mandi termasuk juga tari hiburan yqng dapat dipertunjukkan kapan saja baik siang maupun malam hari. Pakaian penari termasuk sederhana terdiri dari sapuq, bapang, kemben, lambo (selendang kain) dan gelang kana (gelang bahu). Pementasan memerlukan waktu sekitar 5 menit.

  1. Tari Gandrung
Gandrung adalah sebuah tarian yang sudah lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat Sasak. Menurut seorang sumber, tarian ini sudah dikenal sejak zaman raja Airlangga di Jawa Timur. Pola tariannya pada kala itu tampak luar biasa karena tidak mengikuti pola gerak serta iringan lagu yang sesuai dengan patokan yang lazim. Konon tarian ini lahir pada saat dimana tersedia perangkat gamelan yang baru selesai digunakan dalam sebuah upacara resmi. Para ,prajurit keraton melihat kesempatan untuk bergembira dah mencoba memainkan alat tersebut seadanya. Seorang maju dengan santai untuk menari dalam suasana kerakyatan (dalam kraton suasana serba protokoler dan resmi). Tarian kemudian berlanjut dengan pergantian penari yang berlangsung setelah penari menyentuh tangan salah seorang pengganti yang dikehendakinya dari tepi arena.
Dalam perkembangan selanjutnya, pemeran (penari gandrung yang biasanya disebut "gandrung" saja) dilakukan oleh seorang wanita yang menjadi penari utama. Tidak jelas kapan terjadinya pergantian ini. Tetapi seorang gandrung pada saat ini di setiap penampilannya selalu memperkenalkan dengan kata "tiang lanang" dan seterusnya dengan cara menyanyi yang disebut "besandaran" atau "bedede' (merayu).
Tari gandrung dilakukan pada sebuah arena yang dikelilingi penonton, diantaranya sekaligus sebagai calon penari (pengibing). Pada dasarnya tari gandrung terdiri atas tiga bagian yaitu:
  1. Bapangan: pada bagian ini si penari menggambarkan sedang memperkenalkan diri kepada calon penari maupun penonton dengan mengitari arena sampai selesainya gending pengiring yang disebut gending bapangan.
  2. Gandrungan: pada bagian kedua ini penari bergerak agak lincah mengitari arena dengan kipas di tangan, bagaikan burung elang mencari mangsa. la menari sambil sesekali melirik ke arah penonton terutama pada barisan depan. Pada saat ia akan menyentuhkan kipasnya atau melemparnya kalau tidak bisa dijangkau dengan sentuhan kepada penonton yang dikehendakinya. Ini disebut "nenepek". Yang terkena "tepekan" (sentuhan kipas) segera maju,untuk menjadi pasangan "ngibing" (menari). Ngibing merupakan keterampilan tersendiri dari setiap penonton yang siap ambil bagian dalam pergelaran gandrung. Penari gandrung digambarkan sebagai bunga seperti dikatakan pada lirik yang dinyanyikan sebelum bangkit menari:

Tiang lanang beli bagus
Beli bagus bau rauh
Kasunane tarik bebunga

Sedangkan pengibing seolah kumbang yang merindukan bunga. Dahulu di tengah arena diletakkan obor bambu setinggi satu setengah meter (sekarang digunakan lampu petromak yang sering diletakkan di luar arena). Antara si penari gandrung dengan si pengibing berkejar-kejaran mengelilingi obor tersebut. Ini disebut dengan nama "bekeleongan " atau sesekali saling "kejitin" (main mata) dengan berbatasan obor. Sering pula si pengibing berbuat nakal dengan menyentuh bagian tubuh penari utama, bahkan ada yang mencoba beradu pipi. Untuk menghindari hal itu ia dilengkapi dengan "senjata", yaitu ujung runcing dari gempolan yang merupakan bagian dari hiasan kepala yang disebut gelungan. Kalau pengibing tidak segera menghindar akan kena tusukan benda tajam tersebut.
  1. Perianom: bagian ketiga ini merupakan bagian perpanjangan dari bagian kedua. Gending pengiring tidak menggunakan seluruh instrumen okestra gandrung. Yang berperan adalah redep dan suling dibantu suara gendang, melengkapi tariannya dengan nyanyian yang disebut "besanderan". Sekarang liriknya tidak lagi dalam bahasa daerah tetapi dalam bahasa Indonesia. Berikut contoh liriknya:
Kertas kuning jadi layangan
Tiup angin berkibar-kibar
Putih kuning rambutnya panjang
Seperti bulan bersanding bintang
Baru kulihat kapal ku datang
Talinya putih menjadi benang
Baru ku lihat pacarku datang
Hatiku sedih menjadi senang

Tari gandrung benar-benar merupakan tari rakyat pada arena terbuka yang dilingkari penonton dan fungsinya semata-mata untuk hiburan. Gandrung tersebar pada beberapa desa di pulau Lombok antara lain Gerung dan Lenek di Lombok Timur. Gandrung "ditanggep" orang untuk pesta perkawinan dan sunatan. Tetapi dewasa ini bergeser fungsinya menjadi hiburan rakyat dalam rangkaian hari-hari besar nasional atau jenis keramaian lainnya yang menghadirkan orang banyak. Instrumen gandrung dalam bentuk okestra terdiri dari pemugah, saron, calung, jegogan, rincik, petuk, terompong, gender, redep, dan suling.


Tidak ada komentar: