KESENIAN
TRADISIONAL LOMBOK
Kesenian masyarakat di Gumi Sasak dilakukan untuk memberikan rasa
keindahan yang diciptakan oleh anggota masyarakat yang hasilnya milik
bersama. Adanya suatu bentuk kesenian merupakan wujud bahwa
masyarakat suku Sasak memiliki nilai rasa tentang keindahan yang
dituangkan dalam berbagai bentuk seperti dalam pembuatan rumah, dalam
kegiatan sehari-hari. •
- RUMAH TRADISIONAL
Orang Lombok mengenal beberapa
jenis bengunan tradisional yang dijadikan sebagi tempat tinggal
sekaligus tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan adat maupun
spiritual keagamaan balk untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan
masyarakat. Adapun jenis jenis bangunan tradisional itu seperti bale
jajar, bale beleq, bele kodong dan gunung rata. Dari sekian jenis
bangunan tempat tinggal tersebut bale jajar-lah yang banyak
dipergunakan baik di kota maupun di desa terutama di
pedusunan-pedusunan.
Bale jajar, biasanya bertiang delapan atau dua betas dengan bubungan
sepanjang dua meter pada bagian atas yang disebut semoko (bantek),
bungus (kuranji). Rumah ini hanya mempunyai satu pintu di bagian
depan dan aslinya jarang ada yang berjendela serta terbagi atas tiga
buah ruangan. Tiang rumah mi terbuat dari bahan kayu jot, kelapa,
nangka, kelapa, dan lain-lain yang dianggap kuat dan bisa bertahan
lama yang berfungsi sebagai penopang atau menggambarkan kekuatan.
Sedangkan atap terbuat dari ilalang yang diambil di padang rumput
yang biasanya terdapat di lereng bukit-bukit di Lombok Timur.
Atap dari ilalang disebut atap re, sedangkan atap yang terbuat dari
daun kelapa disebut atap bobok. Tetapi saat ini, karena perkembangan
zaman, masyarakat banyak beralih ke atap genting, seng maupun asbes.
Dinding rumah adat Lombok Timur pada umumnya dibuat sendiri oleh
pemilik rumah dari bahan bambu. Untuk penguat (tali) dan paku terbuat
dari bambu tali. Tinggi biasanya dua meter dengan anak tangga lima
susun yang terbuat dari tanah.
Di bagian dalam rumah ada ruangan yang disebut sesangkoq yang
berfungsi sebagai tempat penerima tamu dan persemayaman jenazah
keluarga sebelum dimandikan. Masyarakat Lombok sebelum mendirikan
tempat tinggal atau bangunan, mencari hari, tanggal dan bulan
tertentu yang dianggap baik. Perhitungan bulan yang dipakai sebagai
pedoman adalah bulan atas (Hijriyah). Menentukan hari dan bulan baik
ini dimaksudkan sebagai penangkal sial.
- PAKAIAN DAERAH
Pakaian adat/khas Lombok Timur sama dengan pakaian adat yang
dipergunakan masyarakat Sasak lainnya di pulau Lombok. Secara umum
pakaian itu dibedakan menjadi dua macam yaitu pakaian yang dikenakan
oleh kaum pria dan wanita. Pakaian adat pria berupa tutup kepala
dengan motif-motif tertentu yang dikenal dengan nama sapuq. Sedangkan
pakaiannya berupa lengan panjang, celana panjang yang dilapisi di
bagiam luar dengan memakai sarung kain sebatas dengkul, kain tersebut
biasanya mempergunakan kain tenun asli Lombok Timur. Adapun yang
dijadikan asesorisnya adalah sebilah keris nenek moyang yang
diselipkan di punggung. Pakaian adat biasanya dipergunakan pada
acara-acara adat penobatan.
- MUSIK DAERAH
Jenis alat-alat musik tradisional Lombok antara lain:
- Genggong
Alat musik ini termasuk dalam jenis alat musik tiup yang terbuat
dari pelepah daun enau. Secara etimologis kata genggong berasal dari
kata "geng" (suara tinggi) disebut genggong lanang, dan
"gong"(suara Rendah) disebut wadon, sehingga musik gengong
selalu dimainkan secara berpasangan. Musik genggong orkestra dapat
dimainkan dengan alat musik yang lain secara bersamaan seperti petuq,
seruling, rincik dan lain-lain.
- Mandolin dan Gambus
Mandolin merupakan sebuah alat musik petik tradisional yang
mempunyai senar dan dimainkan seperti biola. Sering dipakai untuk
mengiringi tari rudat dan lagu-lagu tradisional. Alat musik ini dapat
dipadukan dengan alat musik lainnya untuk mengiringi lagu
tradisional. sedangkan Gambus juga alat musik petik dengan
menggunakan dawai sebagai sumber suara (bunyi) yang digunakan untuk
mengiringi lagu-lagu tradisional. Dapat dimainkan secara bersama-sama
atau tersendiri.
- Rebana Burdah
Sebuah bentuk alat musik akulturasi kebudayaan bangsa Arab dengan
etnis Sasak. Rebana Burdah dipadukan dengan syair-syair pujian
terhadap Allah SWT dan riwayat nabi Muhammad SAW yang dipetik dari
kitab karya sastra Arab "aL-Barzanzi".
- Barong Tengkok
Merupakan salah satu jenis okestra Lombok, terdiri dari kerenceng
enam pasang, satu buah gendang dan sebuah petuk. Barong lanang/wadon
yang berfungsi sebagai tempat reong sebuah gong, dan tiga buah
seruling sebagai pembawa melodi. Disebut barong tengkok karena salah
satu alatnya (reong) diletakkan pada bentuk barong yang dibawa dengan
tengkokkan.
- Alat Musik Gula Gending.
Sejenis alat musik pukul khas Lombok Timur, cara membunyikannya
dengan tangan. disebut gula gending karena alat ini dipakai untuk
mejajakan sejenis makanan yang terbuat dari gula putih. Untuk menarik
pembeli, tempat gula (tangkok) dipukul berirama sebagai musik. Dulu
alat ini terdiri dari tengkok dan rincik dan dalam perkembangannya
ditambah dengan mandolin, gendang dan seruling.
- Rebana Gending
Rebana merupakan sebuah bentuk alat musik okestra yang merupakan
hasil pengembangan kreasi seni dari rebana lima oktaf oleh Amaq Sarah
pada tahun 1956.
- Gendang Beleq.
Disebut gendang beleq karena salah satu alat musiknya adalah gendang
beleq (gendang besar). Okestra ini terdiri atas 2 buah yaitu:
- Gendang mama (laki-laki).
- Gendang nine (perempuan)
Keduanya berfungsi sebagai pembawa dinamika. Kemudian peralatan yang
lainnya adalah (1) sebuah gendang kodeq (gendang kecil), (2) dua buah
reong yang terdiri dari reong mama dan reong nina berfungsi sebagai
pembawa melodi, (3) sebuah perebak beleq yang berfungsi sebagai alat
ritmis, (4) delapan buah perebak kodeq, disebut juga "copek",
berfungsi sebagai alat ritmis, (5) sebuah petuk sebagai alat ritmis,
(6) sebuah gong besar sebagai alat ritmis, (7) sebuah gong penyentak
sebagai alat ritmis, (8) sebuah gong oncer sebagai alat ritmis, dan
(9) dua buah bendera merah atau kuning yang disebut lelontek.
Gendang beleq ini dulu dimainkan kalau ada pesta-pesta kerajaan,
sedangkan kalau perang berfungsi sebagai komandan perang, sedangkan
copek jadi prajuritnya. Kalau perlu datu (raja) ikut berperang, di
sini patung agung akan digunakan. Sekarang fungsi payung ini ditiru
dalam upacara perkawinan. Gendang beleq dapat dimainkan dengan
berjalan atau duduk. Komposisi berjalan mempunyai aturan tertentu,
berbeda dengan duduk yang tidak mempunyai aturan. Pada waktu
dimainkan pembawa gendang beleq akan memainkannya sambil menari,
demikian juga pembawa petuk, copek dan lelontek.
- Cilokaq.
Musik ini terdiri dari berinacam-macam alat yakni:
- Alat petik, gambus ada dua buah masing-masing berfungsi sebagai melodi dan akord.
- Alat gesek, biola ada dua buah berfungsi sebagai pembawa melodi. Gambus terbuat dari kayu gerupuk dan kulit' kambing sebagai resonatornya. Bentuknya menyerupai gitar, hanya pada bagian pertunya tidak berpinggang. Senarnya terdiri dari empat nada, masing-masing satu senar.
- Alat tiup, suling dan pereret yang berfungsi sebagai pembawa melodi.
- Alat pukul, gendang ada tiga buah, masing-masing berfungsi sebagai pembawa irama, pembawa dinamika dan tempo, juga sebagai gong. Rerincik digunakan sebagai alat ritmis.
Fungsi okestra ini adalah sebagai hiburan pada acara perkawinan,
khitanan atau hari-hari besar nasional dan daerah. Orkestra ini
datang ke tempat pesta dengan ditanggap (diupah). Selain itu dapat
juga berfungsi sebagai pemberi semangat dalam gotong royong. Dengan
gambus ini orang membawakan lagu-lagu untuk pengisi waktu senggang
dan pelepas lelah. Berangsur-angsur gambus ditambahkan dan
dikombinasikan dengan alat-alat lain sebagai pelengkap irama, melodi
dan ritmis la,gu-lagu yang dibawakan.
Pada tahun 1948 di sebuah desa yang bernama Lengkoq Kali, kecamatan
Sakra, cilokak dipagelarkan sebagi musik okestra. Pagelaran tersebut
dipimpin oleh Mami' Srinatih (alm), dan selanjutnya dianggap sebagai
pecinta musik cilokaq. Nama cilokaq diambil dari salah satu nama atau
judul lagu yang digemari pada saat itu. Namun pendapat yang
mengatakan cilokaq berasal dari kata seloka, lebih mendekati
kenyataan, karena syair-syair yang dinamakan merupakan seloka.
Cilokaq yang ada di Sakra sekarang ini merupakan kelanjutan dari
cilokaq yang lahir di desa Lengkoq.Kali 30 tahun yang lalu. Pada
tahun 1968 cilokaq lebih dikenal setelah mendapat bimbingan dari
seorang pemusik keroncong bernama Lalu Sinarep. la berusaha
memasukkan teknik musik keroncong dan lagu-lagu lain ke dalam
cilokaq. Sekarang musik cilokaq sudah direkam dan diperjualbelikan di
pulau Lombok dan di daerah lain. Lagu-lagu yang dimainkan oleh
cilokaq ini umumnya disebut kayak.
Kayak merupakan kesenian yang sangat populer di kalangan masyarakat
pedesaan di pulau Lombok. Biasanya orang-orang pedesaan melagukan
sambil menanam atau memotong padi di sawah. Kayak saat memotong padi
disebut kayaq mataq. Kayak mataq merupakan kayak gubahan baru yang
terdiri atas empat baris. Dalam membawakannya dapat berisi
nasehat-nasehat, percintaan atau ekspresi jiwa lainnya. Pada
masing-masing desa, kayaq memiliki ciri tersendiri, namun bagi yang
sudah biasa mendengarnya dapat membedakannya. Nama kayak ada yang
diberikan menurut tempat lahirnya, misalkan kayak Padamara adalah
kayak dari desa Pademara, Lombok Timur.
Kayaq yang susunan nadanya non-diatonis, antara lain: Kayak Mataq,
Kayak Jor, Kayak Nyati, Kayak Pekosong, Kayak Bayemara, Kayak
Padamara, Kayak Mare, Kayak Sakra, Kayak Turun Tangis, Pemban
Selaparang, Sandaran, Ngesek Kumambang Pitue, Begur Gati-Gati,
Pengeli-Eling, Do Gendang, Jeruk Manis, Gelung Perade, Musim Ujan.
Lagu yang memakai nada diatonis: Genjak, Gending Lampak, Setembe,
Amaq Teme, Sembarang Kelor, Lagu Daeng, Lagu Tanjung Luar, Lagu
Anton-Anton.
- TARIAN DAERAH
- Tarian Gagak Mandiq
Sebuah tari kreasi baru yang sudah dipengaruhi unsur Bali, baik
gerakan maupun instrumennya. Ide menciptakan tarian ini karena
seringnya pencipta menyaksikan burung gagak sedang mandi. Tari ini
berasal dari desa Lenek kecamatan Aikmel, Lombok Timur. Diciptakan
sekitar tahun 1956 oleh Amaq Raya (50 tahun), seorang petani dari
desa Lenek, kecamatan Aikmel Lombok Timur. Tari ini mengungkapkan
bagaimana seekor burung gagak yang sedang mandi, mula-mula terbang
lalu turun ke tanah dan mandi. Terbang lagi dan turun lagi.
Tari ini merupakan tari tunggal. Nama-nama gerak yang digunakan
adalah (1) Ngatang, (berenang) sebagai pembuka tangan direntangkan di
depan badan kemudian digerakkan ke samping kiri dan kanan, (2)
Nyereksek, menggeser kaki tanpa mengangkatnya dari tanah, (3) Ngunga,
gerakkan mandi yang dilakukan sambil duduk, (4) Njontak, gerakkan
meloncat, (5) Nyisik, gerakkan menggaruk° badan, (6) Bekerap,
mengibaskan sayap untuk menjatuhkan air yang melekat dari badan, (7)
Nyebar, gerakan terbang.
Penarinya dapat seorang laki-laki atau seorang perempuan yang
diiringi gending gagak mandiq dengan irama 2/4. tari gagak mandi
termasuk juga tari hiburan yqng dapat dipertunjukkan kapan saja baik
siang maupun malam hari. Pakaian penari termasuk sederhana terdiri
dari sapuq, bapang, kemben, lambo (selendang kain) dan gelang kana
(gelang bahu). Pementasan memerlukan waktu sekitar 5 menit.
- Tari Gandrung
Gandrung adalah sebuah tarian yang sudah lama berkembang dan dikenal
oleh masyarakat Sasak. Menurut seorang sumber, tarian ini sudah
dikenal sejak zaman raja Airlangga di Jawa Timur. Pola tariannya pada
kala itu tampak luar biasa karena tidak mengikuti pola gerak serta
iringan lagu yang sesuai dengan patokan yang lazim. Konon tarian ini
lahir pada saat dimana tersedia perangkat gamelan yang baru selesai
digunakan dalam sebuah upacara resmi. Para ,prajurit keraton melihat
kesempatan untuk bergembira dah mencoba memainkan alat tersebut
seadanya. Seorang maju dengan santai untuk menari dalam suasana
kerakyatan (dalam kraton suasana serba protokoler dan resmi). Tarian
kemudian berlanjut dengan pergantian penari yang berlangsung setelah
penari menyentuh tangan salah seorang pengganti yang dikehendakinya
dari tepi arena.
Dalam perkembangan selanjutnya, pemeran (penari gandrung yang
biasanya disebut "gandrung" saja) dilakukan oleh seorang
wanita yang menjadi penari utama. Tidak jelas kapan terjadinya
pergantian ini. Tetapi seorang gandrung pada saat ini di setiap
penampilannya selalu memperkenalkan dengan kata "tiang lanang"
dan seterusnya dengan cara menyanyi yang disebut "besandaran"
atau "bedede' (merayu).
Tari gandrung dilakukan pada sebuah arena yang dikelilingi penonton,
diantaranya sekaligus sebagai calon penari (pengibing). Pada dasarnya
tari gandrung terdiri atas tiga bagian yaitu:
- Bapangan: pada bagian ini si penari menggambarkan sedang memperkenalkan diri kepada calon penari maupun penonton dengan mengitari arena sampai selesainya gending pengiring yang disebut gending bapangan.
- Gandrungan: pada bagian kedua ini penari bergerak agak lincah mengitari arena dengan kipas di tangan, bagaikan burung elang mencari mangsa. la menari sambil sesekali melirik ke arah penonton terutama pada barisan depan. Pada saat ia akan menyentuhkan kipasnya atau melemparnya kalau tidak bisa dijangkau dengan sentuhan kepada penonton yang dikehendakinya. Ini disebut "nenepek". Yang terkena "tepekan" (sentuhan kipas) segera maju,untuk menjadi pasangan "ngibing" (menari). Ngibing merupakan keterampilan tersendiri dari setiap penonton yang siap ambil bagian dalam pergelaran gandrung. Penari gandrung digambarkan sebagai bunga seperti dikatakan pada lirik yang dinyanyikan sebelum bangkit menari:
Tiang lanang beli bagus
Beli bagus bau rauh
Kasunane tarik bebunga
Sedangkan pengibing seolah kumbang yang merindukan bunga. Dahulu di
tengah arena diletakkan obor bambu setinggi satu setengah meter
(sekarang digunakan lampu petromak yang sering diletakkan di luar
arena). Antara si penari gandrung dengan si pengibing
berkejar-kejaran mengelilingi obor tersebut. Ini disebut dengan nama
"bekeleongan " atau sesekali saling "kejitin"
(main mata) dengan berbatasan obor. Sering pula si pengibing berbuat
nakal dengan menyentuh bagian tubuh penari utama, bahkan ada yang
mencoba beradu pipi. Untuk menghindari hal itu ia dilengkapi dengan
"senjata", yaitu ujung runcing dari gempolan yang merupakan
bagian dari hiasan kepala yang disebut gelungan. Kalau pengibing
tidak segera menghindar akan kena tusukan benda tajam tersebut.
- Perianom: bagian ketiga ini merupakan bagian perpanjangan dari bagian kedua. Gending pengiring tidak menggunakan seluruh instrumen okestra gandrung. Yang berperan adalah redep dan suling dibantu suara gendang, melengkapi tariannya dengan nyanyian yang disebut "besanderan". Sekarang liriknya tidak lagi dalam bahasa daerah tetapi dalam bahasa Indonesia. Berikut contoh liriknya:
Kertas kuning jadi layangan
Tiup angin berkibar-kibar
Putih kuning rambutnya panjang
Seperti bulan bersanding bintang
Baru kulihat kapal ku datang
Talinya putih menjadi benang
Baru ku lihat pacarku datang
Hatiku sedih menjadi senang
Tari gandrung benar-benar merupakan tari rakyat pada arena terbuka
yang dilingkari penonton dan fungsinya semata-mata untuk hiburan.
Gandrung tersebar pada beberapa desa di pulau Lombok antara lain
Gerung dan Lenek di Lombok Timur. Gandrung "ditanggep"
orang untuk pesta perkawinan dan sunatan. Tetapi dewasa ini bergeser
fungsinya menjadi hiburan rakyat dalam rangkaian hari-hari besar
nasional atau jenis keramaian lainnya yang menghadirkan orang banyak.
Instrumen gandrung dalam bentuk okestra terdiri dari pemugah, saron,
calung, jegogan, rincik, petuk, terompong, gender, redep, dan suling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar