Kamis, 03 Mei 2012

Tari Rudat Lombok

Tari rudat sudah ada di Indonesia sejak abad ke-15. Dulu, rudat diajarkan di pesantren sebagai sarana dakwah. Berbarengan dengan penyebaran agama Islam di berbagai daerah di Indonesia, tari rudat pun menyebar dan menjadi tarian rakyat.
Di Pulau Lombok, tari rudat bisa kita jumpai hampir di setiap kecamatan. Bahkan, beberapa sekolah dasar mengajarkan tari rudat kepada murid-muridnya.
Kata Pak Murfa’in, orang mau membentuk grup rudat biasanya karena keinginan untuk melestariakan rudat yang telah diajarkan oleh orang tua atau gurunya.Meskipun tari rudat cukup berkembang, pelatih tari rudat tidak banyak. Salah satunya adalah Pak Murfa’in, seniman rudat yang tinggal di Desa Bagek Polak, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

“Saya belajar rudat sejak kecil,” kata Pak Murfa’in. “Kakek dan ayah saya semua punya rudat. Jadi sekarang saya harus meneruskannya.”
Meskipun kesenian ini dipandang kuno oleh anak-anak muda sekarang, Pak Murfa’in tetap semangat melatih anak-anak yang mau bergabung di sanggarnya.
Pak Murfa’in sendiri menggeluti tari rudat sudah 30 tahun. Namun, seperti kebanyakan seniman rudat lainnya, Pak Murfa’in tidak tahu asal-usul kesenian ini. Kenapa gerakan-gerakan tarian ini seperti gerakan-gerakan pencak? Kenapa syair lagunya mengandung kalimat-kalimat zikir? Kenapa pula kostumnya seperti pakaian prajurit dari Turki?
“Kita tidak tahu kenapa begini-begitu. Kita tahunya, pakaian rudat itu begini, seperti pakaian prajurit zaman dulu. Bajunya dari saten, pakai sabuk, pakai bapang (pangkat), pakai tarbus (semacam songkok) dan pakai sorban,” jelasnya.
Jumlah pemain rudat ada 10 orang. Sedangkan pemain musik yang mengiringi rudat ada beberapa orang. Masing-masing menabuh gendang, tambur, seruling, dan satu orang lagi bertugas menyanyikan syair rudat.

Pementasan rudat hanya berlangsung 10 menit. Terdiri 3 bagian, yaitu pembukaan, shalawat, dan penutup.  
Menyaksikan tari rudat itu seperti menonton pertunjukan pencak. Ada gerakan memukul, menendang, menangkis, dan memasang kuda-kuda. Konon, gerakan-gerakan ini menunjukkan sikap waspada dan siap siaga prajurit Islam tempo dulu.
Di Lombok, tarian rudat banyak ditampilkan pada upacara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj, khataman Al-Qur’an, gebyar Muharam, Idul Fitri, dan hari besar Islam lainnya. Selain itu, rudat juga sering ditampilkan untuk hiburan di lingkungan pesantren, acara hajatan, juga untuk menyambut tamu di hotel-hotel berbintang.

Tidak ada komentar: